Rabu, 15 April 2020

Contoh Organisasi Seni Pertunjukan di Indonesia

Kabid Dikdas
Organisasi seni pertunjukan yang terdiri dari kelompok Teater Koma (Riantiarno), teater Mat Suya (ISI Yogyakarta), teater Gen (Putu Wijaya), teater Grazz( Sekolah Tinggi Seni Indonesia/STSI Bandung), teater Mbeling (Kuta Q), Sanggar Tari Cipta (Farida Utomo), Sanggar Argahari (Ibu Melly), Sangar Teratai Putih (Ibu , Sanggar Sekapur Sirih (Ibu Rahmida S).

Selanjutnya, Sanggar Tari Saraswati (I Gusti Agus Perbawa), Sanggar Lukis Gubug Semper(I Wayan Kuta), Sanggar Pelangi Nusantara (Bapak Sampurno), Kelompok Wayang Orang Barata (Nardi), Kelompok Wayang Orang Cipto Kawedar (Rusman-Darsih), Ketoprak Wargo Budoyo (Bani Saptoto), Ketoprak Cipta Mandala (Jendral Kunti Harsoyo).

Kemudian, Kelompok Lawak Srimulat (Bapak Timbul), Kelompok Lawak Patrio (Akri), Kelompok Musik Peterpan (Ariel), Kelompok Musik Radja(Roseta), Kelompok musik Slank (Yoga), Kelompok Musik Ungu (Pasha), dan lain lain adalah personifikasi organisasi seni yang menetapkan sasaran dan tujuan maupun garis-garis pengembangan organisasi dilakukan bersama dan dalam komitmen bersama.

Hingar-bingar munculnya seni pertunjukan di Indonesia pada awaknya sebagai wujud organisasi seni pertunjukan yang ada pada saat itu. Namun dalam perjalanan, nasib kelompok seni pertunjukan ditentukan oleh performa masing-masing kelompok melalui komitmen bersamanya. Komitmen bersama yang kuat menjadi pendorong wadah seni pertunjukan semakin eksis.

Cermin organisasi seni pertunjukan digawangi kepentingan diri yang tinggi. Apabila organisasi seni pertunjukan kurang sehat, dalam perkembangan akan cepat bubar. Apabila organisasi seni pertunjukan kurang sadar lingkungan mempercepat proses bubarnya organisasi dengan keputusan individual yang kurang proporsional.